Pernah mencoba es krim asli Tanah Air? Rasanya tidak kalah enak dengan es krim impor, meski dibuat dari bahan yang sederhana tapi es krim ala Indonesia punya rasa dan ciri khas tersendiri.
Di Indonesia es krim lebih dikenal dengan sebutan es puter. Anak-anak biasanya menyebutnya dengan ‘es dung-dung’, pasalnya sang penjual umumnya menggunakan ‘identitas’ suara yang dikeluarkan dari gong kecil yang jika dipukul berbunyi ‘dung-dung-dung’.
Penjual es puter biasanya mangkal di sekolah-sekolah atau keliling kampung untuk menjajakan dagangannya dengan gerobak kecil. Sebuah gong dipukul untuk menarik perhatian pembeli.
Es krim disajikan dengan roti tawar, cone, maupun dalam gelas plastik. Harganya sangat murah, untuk satu porsi hanya Rp. 2000. Di berbagai perayaan seperti pernikahan, ulang tahun, atau di restoran dan hotel-hotel, es puter juga dijadikan menu penutup tradisional khas Indonesia.
Rasa khas es puter memberikan kenangan tersendiri yang bisa menimbulkan rasa ketagihan untuk menikmatinya kembali. Yang membuat beda dari es krim pada umumnya, es ‘dung-dung’ dibuat bukan dari susu, melainkan santan, sehingga menghasilkan rasa gurih yang dipadu dengan buah seperti nangka, kelapa muda, alpukat atau kacang hijau. Orang Indonesia menyebutnya ‘es puter’ karena disesuaikan dengan cara pembuatannya yang diputar. Potongan es dan santan dijadikan satu dalam wadah, kemudian diputar sehingga mengental dan lembut
Tapi, siapa yang mengira cikal-bakal es puter ini sudah ada sejak zaman Kaisar Nero dari Romawi pada tahun 64 Masehi. Kaisar ini sudah menikmati es krim berupa salju halus yang disantap dengan potongan buah-buahan dan madu gunung.
Di tahun 700 Masehi, bangsa Tionghoa sudah mempersembahkan kudapan dingin itu ke Kaisar Tang dari Dinasti Shang. Kaisar minta para koki istana membuat es krim dari campuran salju, susu sapi, dan tepung. Bahan-bahan itu diaduk menjadi satu hingga mengental.
Setelah itu, Marcopolo (1254-1324 Masehi) penjelajah dari Italia membawa resep es krim dari Tiongkok ke negaranya. Resep itu dikembangkan menjadi es krim Italia, dikombinasi dengan rasa sirup. Es krim ini dinikmati bangsawan Eropa. Kemudian, es krim Italia menyebar ke penjuru dunia.
Di Amerika, es krim baru populer pada abad ke-19, seiring dengan penemuan mesin pembuat es krim (ice cream maker) untuk memenuhi permintaan rakyat Amerika yang tinggi terhadap es krim.
Di Indonesia, es krim dibawa oleh Belanda dan dikonsumsi di ice cream saloon di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Saat itu, es krim merupakan makanan mewah dan mahal. Lalu, agar lebih ekonomis,rakyat Indonesia mengganti bahan dasar es krim berupa susu, yang ketika itu sangat mahal, dengan santan. Santan yang terbuat dari kelapa ini banyak sekali terdapat di Indonesia, kemudian diolah menjadi es krim. Caranya, santan diaduk di dalam tong kayu, dengan campuran es dan garam selama 6-8 jam. Es krim santan ini kemudian dikreasikan dengan tambahan rasa lokal, seperti kelapa, kopyor, nangka, alpukat, ketan hitam dan lain-lain.(Pipit) (Kabarinews.com)
0 komentar:
Posting Komentar